PariwisataIndonesia.ID – Artikel ini sudah tayang di www.mediaindonesia.com, pada Senin (15/11), yang ditulis oleh Gurgur Manurung adalah alumni Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL).
Selain itu, sosoknya sempat menjadi saksi ahli di Pengadilan Negeri (PN) Balige terkait kasus dakwaan pembakaran lahan penduduk Sigapiton. Sekaligus, ia pun tercatat sebagai Tenaga Ahli Komisi VI DPR RI.
Mengawalinya, Gurgur mencurahkan perasaannya dengan menyampaikan bahwa, “Hati ini pilu, luluh lantak, miris dan tersayat ketika melihat rakyat Sigapiton secara langsung di Kabupaten Toba, Sumatera Utara bentrok fisik dengan polisi, pamong praja dan tentara di tahun 2019,” katanya, seperti dikutip dari rubrik opini di Media Indonesia, pada Senin (15/11).
“Masyarakat Sigapiton yang umumnya usia lanjut dan perempuan juga bentrok dengan traktor dan excavator milik Badan Otorita Danau Toba (BODT) untuk merebut lahan yang diyakini milik nenek moyang Sigapiton, tapi diklaim milik BODT karena menjadi areal penggunaan lain (APL),” sambungnya.
Bahkan, lanjut Gurgur, Motung, desa tetangga Sigapiton berdasarkan keputusan Mahkamah Agung (MA) juga diklaim BODT, yakni milik APL Kementerian Lingkungan dan Kehutanan.
Menurutnya, kehadiran destinasi wisata di kawasan tersebut disinyalir telah menghilangkan peradaban, dan menilai hal itu tak lepas dari konflik di masa lalu (berkepanjangan, red).
“Mengapa kehadiran pembangunan tidak membawa kesejahteraan, bahkan menghasilkan luka dalam bagi masyarakat Sigapiton dan Motung?,” tanya Gurgur.
Menilik makna di balik ‘kalimat tanya’ yang dilantorkan Gurgur, sudah tentu ia lagi menyatakan sindiran (atau satir) sebagai bahan introspeksi yang kerap dipakai para seniman dan budayawan ketika mentas atau sedang melakukan pidato, orasi, debat, dan diskusi.
Dia juga membilangkan, selepas Presiden Joko Widodo menetapkan Danau Toba sebagai salah satu Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP). Maka, masyarakat setempat di kawasan wisata itu menyambutnya begitu riang gembira.
…membuahkan 5 orang masyarakat Sigapiton masuk penjara.. “
Bersambung ke halaman berikutnya >>> Hal 2.
Leave a Reply