Teuku Badruddin Syah Tokoh Aceh yang Berjuang di Jalur Pengusaha
Akhirnya, GAM yang dulu diidentikkan kelompok separatis bertransformasi menjadi partai lokal di tengah otonomi khusus dari pemerintahan Indonesia. Salah satunya, dr. H. Zaini Abdullah menjadi Gubernur Aceh tahun 2012. Namanya tercatat sebagai perwakilan GAM saat Perjanjian Helsinki, pada 16 tahun yang lalu.
Bila banyak mantan GAM berebut kursi lewat jalur politik atau bekerja di pemerintahan untuk mendorong percepatan pembangunan rakyat Aceh. Lain cara pandang Teuku Badruddin Syah, pemikirannya malah berbeda. Dia sangat “out of the box” di mana dirinya sudah menegaskan tak mau untuk terjun ke pentas politik.
Teuku Badruddin Syah lebih ingin disebut sebagai pengusaha yang ringan tangan dan rajin berderma, seperti memberi bantuan sosial buat rakyat Aceh. Terutama bagi mereka yang taraf ekonominya benar-benar miskin. Termasuk mendonasikan ke sejumlah masjid-masjid, santunan bagi janda dan anak-anak yatim. Pemikiran dia terbilang sederhana, ingin masuk ‘surga’ dari jalur pintu sedekah.
Oleh karena itu, cita-citanya sudah bertekad keras untuk membangun tanah leluhurnya. Tugasnya dia, mengatakan saat diwawancarai redaksi Media Pariwisata Indonesia, yakni mereka bisa kerja dan langsung dapat duit.
Menurutnya, kerja dapat duit untuk perut bisa kenyang jangan cuma berteori, karena hal tersebut tak akan bikin kenyang perut. Malah, katanya, akan timbul masalah sosial dan dampak lainnya. Biarlah adik-adiknya maupun keluarga besar lainnya saja yang berkiprah di jalur politik atau aktif di Pemerintahan.
Ditambahkannya, keluarga yang aktif di pemerintahan telah turun temurun, dan sudah berlangsung lama. Lanjutnya, keluarga besar lainnya, tak sedikit yang menetap di luar negeri. Kebanyakan mereka itu, sambungnya, tinggal di Swedia Malaysia dan banyak pula yang tinggal di Timur Tengah.
Pilkada kemarin (Tahun 2021), keluarga besarnya memintanya untuk memangku jabatan publik di Aceh. Namun, ditolaknya secara halus.
Kepada redaksi media PI ia mengungkapkan sejumlah alasannya.
“Ini sebuah amanah berusaha membangun Aceh dari jalur swasta sebagai pengusaha,” ujarnya kepada wartawan media PI melalui sambungan telepon video pada Kamis (29/4) petang.


Menyoroti hal tersebut, dia menceritakan bahwa dilarang almarhum ayah dan almarhumah Ibunya untuk terjun ke pentas politik. Terhadap hal itu dia juga meyakini, permintaan orang tua zaman dulu pasti ada kedalaman filosofi yang punya makna di masa depan yang memiliki arti luas.
Di akhir wawancaranya, President Director PT Korina Refinery Aceh yang dijuluki Abu Turki oleh sebagian masyarakat Aceh, dan tak sedikit pula yang menyematkan nama kepadanya dengan sebutan “Ampon Badruddin”, ia tetap ingin menjadi sosok pribadi “low profile” sekalipun diangkat bersaudara dengan Royal Family “Al Thani” yakni dinasti penguasa di Qatar yang merupakan orang terkaya di dunia.
Kilang minyak terintegrasi miliknya direncanakan berdiri di bekas lahan ExxonMobil Oil Indonesia, yakni sebuah Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun Lhokseumawe.
Menutup wawancaranya, Emir Teuku Badruddin Syah mengungkapkan bahwa produksi kilang minyak terintegrasi miliknya digadang-gadang akan menjadi yang terbesar kedua di Indonesia setelah kilang minyak di Balongan. (eh)
Leave a Reply