Pariwisataindonesia,Umi Kalsum Founder PVK dan CEO Media PVK Grup,AWAL MULA LAHIRNYA GAM,CEO PT KIMCO CITRA MANDIRI (KIMCO GROUP) TEUKU BADRUDDIN SYAH,MEDIA ONLINE PARIWISATA INDONESIA,MEDIA ONLINE PARIWISATA INDONESIA TERFAVORIT 2020,MEDIA RESMI PARIWISATA INDONESIA,PARIWISATA INDONESIA,PRESIDENT DIRECTOR PT KORINA REFINERY ACEH TEUKU BADRUDDIN SYAH,PRESIDENT DIRECTOR PT WANGSA ENERGI PRAKARSA TEUKU BADRUDDIN SYAH,PROFIL TEUKU BADRUDDIN SYAH,SEJARAH RAKYAT ACEH DALAM MENYOKONG INDONESIA MERDEKA,SEKELUMIT PERJUANGAN RAKYAT ACEH UNTUK INDONESIA,SITUS BERSEJARAH, SITUS MEDIA ONLINE PARIWISATA INDONESIA,SITUS RESMI PARIWISATA INDONESIA,TEUKU BADRUDDIN SYAH,TEUKU BADRUDDIN SYAH INGIN MASUK SURGA DARI PINTU SEDEKAH,TEUKU BADRUDDIN SYAH PENDIRI LEMBAGA KELUARGA BESAR BANGSAWAN PASAI,TEUKU BADRUDDIN SYAH SIAP BANGUN KILANG MINYAK TERINTEGRASI DI TANAH RENCONG,TEUKU BADRUDDIN SYAH TOKOH ACEH BERJUANG DI JALUR PENGUSAHA,TEUKU BADRUDDIN SYAH TOKOH ACEH DI JAKARTA YANG CINTA NKRI,WEBSITE PARIWISATA INDONESIA OFFICIAL,WEBSITE PARIWSISATA INDONESIA,WEBSITE RESMI PARIWISATA INDONESIA
Teuku Badruddin Syah / Foto: No.2 dari kanan (Dok.Istimewa)

Perjuangan Rakyat Aceh Buat Indonesia, Teuku Badruddin Syah Akan Segera Bangun Kilang Minyak Terintegrasi di Tanah Rencong

Teuku Badruddin Syah merupakah tokoh Aceh yang sudah lama menetap di Jakarta dan bercita-cita ingin membangun tanah leluhurnya dari jalur swasta sebagai pengusaha. Menurutnya, ini amanah dari sang ayah semasa hidup yang melarang pria yang akrab disapa Abu Turki untuk terjun ke pentas politik. Terungkap pula saat diwawancarai, ia ingin masuk ‘surga’ dari pintu sedekah. Mau tahu cerita lengkapnya, simak berikut ini.

Teuku Badruddin Syah merupakah tokoh Aceh yang sudah lama menetap di Jakarta dan bercita-cita ingin membangun tanah leluhurnya dari jalur swasta sebagai pengusaha. Menurutnya, ini amanah dari sang ayah semasa hidup yang melarang pria yang akrab disapa Abu Turki untuk terjun ke pentas politik. Terungkap pula saat diwawancarai, ia ingin masuk ‘surga’ dari pintu sedekah. Mau tahu cerita lengkapnya, simak berikut ini.

Bung Karno bertolak ke Tanah Rencong kala itu, dimaknai sebagai pesan permohonan Pemerintah Pusat. Lantaran kebutuhannya teramat mendesak dan erat hubungannya terkait untuk Indonesia merdeka. Soekarno ingin berbicara langsung dengan rakyat Aceh, tentang keinginannya membeli pesawat terbang.

Ditulis dalam buku itu, “Saya tidak makan malam ini, kalau dana untuk itu belum terkumpul,” kata Bung Karno, dikutip dari buku “Aceh Daerah Modal”, karya Tgk. AK Jakobi di halaman 245 yang meminta sokongan rakyat Aceh.

Alhasil, terkumpul sebesar 120.000 dolar Singapura dan emas 20 kg. Dana tersebut langsung dibelikan ke pesawat terbang jenis Dakota. Bung Karno menganugerahi nama pesawat “Seulawah RI-001” tentunya, ini bentuk penghormatan Pemerintah Pusat kepada Rakyat Aceh yang secara ikhlas mau menyumbangkan harta di tengah situasi yang sulit.

Pada akhirnya, tidak cuma pesawat Seulawah RI-001, bahkan termasuk Seulawah RI- 02 adalah sumbangan dari Rakyat Aceh untuk Indonesia merdeka. Kedua pesawat sumbangan tersebut kemudian menjadi cikal bakal maskapai penerbangan Garuda Indonesia.

Tercatat juga dalam sejarah, sejak ditandatangi Perjanjian Renville pada 17 Januari 1948, perilaku pemimpin kolonial Belanda kala itu semakin membabi buta. Malah, mereka ingin membubarkan Republik Indonesia.

Belanda mengepung wilayah RI dengan menciptakan negara-negara boneka, seluruh ibu kota provinsi di Indonesia telah diduduki. Indonesia sudah mengalami kepungan politik blokade ekonomi militer dari pihak Belanda. Satu-satunya wilayah yang masih utuh dan bertahan adalah Aceh.

Dukungan Rakyat Aceh lainnya, yaitu menyetujui wilayahnya dijadikan sebagai Pusat Pemerintahan Darurat Indonesia sementara.

Aceh pun mendukung dan mendorong terbentuknya Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Demi untuk menggelorakan semangat juang yang secara aktif mengumandangkan kemerdekaan lewat Radio Rimba Raya (Desember 1948-1949). Disiarkan dari dataran tinggi Gayo, tepatnya di Kampung Rimba Raya, Kecamatan Pintu Rime, Aceh Tengah.

Radio Rimba Raya adalah “Radio Republik Indonesia Darurat” bersiaran dalam bahasa Indonesia, Aceh, Inggris, Belanda, Arab, Urdu, Mandarin, dan Jerman. Radio itu berdaya pancar 1 kilowatt, bekerja pada frekuensi 19,25 dan 61 meter. Mulai siaran sejak terjadinya Agresi Militer Belanda I, sampai Konferensi Meja Bundar berakhir.

Akhirnya, pendudukan Belanda berhasil dipukul keluar dari Indonesia. Kehadiran Radio Rimba Raya sekaligus menguatkan Radio Republik Indonesia (RRI) yang berlokasi di Yogyakarta. Sebab, RRI di zaman itu tak lagi bisa mengudara lantaran kena hantaman bom.

Bersambung ke halaman berikutnya
Awal Mula Lahirnya GAM