PariwisataIndonesia.id – Hai Gaaees!
Saat sudah menginjakkan kaki di Gunung Halau-halau dan menyusuri hutannya, kita mendapati masih terjaga keasliannya.
Hal itu, terungkap berdasarkan dari jenis pohon yang banyak tumbuh di kawasan tersebut.
Wisata Anti Mainstream Di Gunung Halau-halau Sensasinya Sik Asik, Cobain Deh! <<< Sebelumnya
Berikutnya, menuju puncak Gunung Halau-halau harus lebih dulu melewati hutan heterogen, yaitu hutan yang ditumbuhi pohon yang tinggi-tinggi dan usianya pun ada yang sudah mencapai ratusan tahun, Gaaees!
Kita juga akan menemukan sejumlah pohon yang memiliki batang dan akarnya “segede gaban“, dijamin sik asik dan seru banget, Gaaees!
Gunung Halau-halau digolongkan seperti gunung pada umumnya yang ada di Indonesia.
Seperti dipenuhi semak belukar, lereng gunung yang terjal dan hutan belantara yang sunyi serta tumbuh subur pohon-pohon di tempat tersebut.
Iklim di kawasan tersebut dikelompokkan sebagai hujan tropis. Alasan itu juga menjadikan bangsa kita percaya diri dan berani mengatakan, “Indonesia sebagai salah satu negara yang kaya karbon dan hijaunya hutan kita di Kalimantan jadi paru-paru dunia!”
Kita patut bangga, Gaaees! Negeri yang kita cintai ini turut berperan menyumbangkan stabilizer pemanasan global dan penyeimbang iklim di muka bumi ini, loh!
Dari beberapa Negara di dunia yang ikut serta dalam upayanya mengatasi penipisan lapisan ozon. Indonesia telah menjadi Negara yang turut menandatangani Konvensi Vienna maupun protocol Montreal.
Hutan-hutan yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, termasuk hutan yang ada di kaki Gunung Halau-halau atau akrab juga disebut sebagai “hutan adat suku Dayak” adalah aset Bangsa Indonesia.
Untuk itu, Gaaees! Semua pihak wajib menjaga, memelihara dan melestarikan anugerah luar biasa pemberian Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa ini.
Sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat pemberian Allah SWT, Indonesia rela melaksanakan program perlindungan lapisan ozon yang dituangkan melalui Surat Keputusan Presiden No. 23 Tahun 1992.
Gaaees! Penipisan lapisan ozon di Antartika juga dikenal dengan istilah lainnya, yaitu “lubang ozon”, dan bila diintip dari satelit, bentuknya mirip sebuah lubang yang menganga.
Lapisan ozon yang rusak tersebut, Gaaees! Memberikan dampak buruk dan berbahaya bagi kelangsungan makhluk hidup di muka bumi.
Semakin banyak sinar ultraviolet mencapai bumi bisa menyebabkan kanker kulit; Merusak sel-sel hidup pada manusia, hewan, dan mempengaruhi metabolisme tanaman termasuk kehidupan di laut ikut terdampak.
Dampak lainnya, Gaaees! Dari tipisnya lapisan ozon, menurut para ilmuwan mengatakan, panasnya matahari terasa makin-makin.
Dalam jangka panjang, itu bisa membuat ozon tidak dapat menjalankan fungsinya secara baik, dan kalau sudah seperti itu, iklim dan suhu di dunia jadi tak menentu.
Penelitian ilmuwan tersebut juga menyebutkan, lapisan es di Greenland yang mencair tidak akan pulih kembali, salah satu sebabnya dampak dari penipisan lapisan ozon itulah. Ngeri kan, Gaaees?!
Melanjutkan kembali ke cerita pendakian Gunung Halau-halau, Gaaees!
Menuju puncak Gunung Halau-halau kita akan menemukan keanekaragaman hayati yang berlimpah ruah di sini, seperti Meranti Putih, Meranti Merah, Medang, Guranggang dan segudang keindahan lainnya pun turut menyertai pendakian.
Kita juga akan menjumpai fauna yang sangat khas, seperti kucing hutan, tupai kecil, dan aneka jenis katak.
Selanjutnya, Gaaees! Terdapat pula seperti beraneka kupu-kupu yang terbang menari-nari memikat hati, kemunculan kera, habitat orang utan, rusa, kijang, ular dan babi hutan.
Begitu pun dengan aneka jenis burung, turut mewarnai Gunung Halau-halau. Suara dari burung-burung tersebut, bersuil bersahutan. Kicauannya menggema dan menghadirkan sensasi tersendiri.
Meskipun suasana tersebut bisa bikin kita terlena, tetap selalu siaga dan harus waspada. Alasannya, Gaaees! Karena kita lagi berada di alam liar.
Jangan kaget ketika mendapatkan semut sebesar jari manis dan digigit lintah. Apalagi Bekantan, sebab endemiknya memang ada di habitat aslinya, yaitu hidup di hutan Kalimantan.
Semua yang disebutkan tersebut, jika beruntung, kita akan menjumpainya.
Semakin ke dalam lagi menjajakkan kaki di alam liar tersebut, meski belum sampai di puncak Gunung Halau-halau, saat pendakian sudah seperempat jalan, kita akan termenung-menung dan berdecak kagum terlebih sesampainya di puncak.
Kita ini semakin merasa tidak ada apa-apanya, karena pesona Gunung Halau-halau mengajarkan banyak hal. Dari alam tersebut, Gaaees! Kita sebagai manusia merasa lemah dan kecil sekali di hadapan Allah SWT.
Mereka yang pernah lupa diri atau mungkin, hidupnya diliputi ketegangan serta kegelisahan. Cobain, deh mendaki Gunung Halau-halau.
Pendakian puncak Gunung Halau-halau sangat menguras fisik. Jangan-jangan, malah “termehek-mehek” dan bikin repot semua orang.
Untuk itu, Gaaees! Sebelum mendaki, banyak hal harus sudah dipersiapkan karena jalurnya menantang stamina.
Persiapan awalnya, bisa dimulai dengan joging rutin berjarak 5-10km, kemudian ditambah lagi secara perlahan.
Setelah itu, pastikan membawa kotak P3, perbekalan lain yang juga menemani pendakian seperti sleping bag dan pakaian hangat wajib dibawa Gaaees!
Berikutnya, ikuti dan patuhi protokol kesehatan hiking dan trekking ditengah pandemi, seperti hand sanitizer, tisu basah, dan masker.
Selanjutnya, Gaaees! Disarankan banget untuk mengikutsertakan pemandu setempat, karena medannya cukup ekstrem dan banyak menemukan jalur-jalur yang membingungkan, ditambah lagi di kiri dan kanan terdapat jurang yang terjal. Ngeri banget, Gaaees!
Lalu, pastikan untuk tetap menjaga kealamian alam, tidak berkata kasar, jangan sampai nyampah sembarangan, apalagi sombong.
Ampun, tolong Gaaees! Mohon untuk tidak melakukan itu, ya Gaaees!
Oh ya, Gaaees! Ada tokoh masyarakat di sini, bisa disebut orang tua “sesuatulah“, dia punya pengaruh dan akrab dipanggil “tutuha” dengarkan saja petatah petitih jika orang tersebut masih berumur panjang.
Semoga orang tersebut senantiasa sehat-sehat dan jika hoki pasti berjumpa.
Pendakian ke Gunung Halau-halau distigma dan mengemuka dengan dua hal ini, Gaaees!
Pertama, pohon Karawiya. Saat menemukan pohon besar itu, menandakan sudah di jalur yang tepat.
Di tengah pohon tersebut mirip pintu gerbang untuk menuju puncak gunung Halau-halau.
“Gede” dan tinggi besar pohon tersebut, Gaaees!
Pada bagian bawahnya berlubang dan bisa dilalui oleh manusia. Pohon Karawiya menurut penduduk Dayak yang tinggal di sekitar pegunungan dianggap berkeramat.
Tampak di sisi kiri dan kanan di tumbuhi semak belukar. Sekalipun terkesan horor dengan kita berperilaku sopan, Insya Allah, tidak terjadi keanehan dan aman itu, Gaaees!
Lagi juga, Gaaees! Sudah banyak pendaki yang berfoto-foto ria di pintu gerbang tersebut jadi jangan takut, Gaaees!
Kedua, gunung Halau-halau sering juga disebut gunung besar.
Pecinta alam setempat sering menyebutnya, “Negeri di atas awan,” kata mereka.
Di puncak Gunung Halau-halau, kita seperti berjalan di hamparan awan. Letaknya, sejajar dengan langkah kaki dan kehadiran awan tersebut dijamin bikin speechless.
Berdiri di puncak Gunung Halau-halau sungguh luar biasa, Gaaees!
Dari tempat tersebut, Gaaees! Karunia alam ciptaan Tuhan YME terlihat begitu eksotik dan memesona.
Anak gunung bilang, “doa cepet terkabul karena dekat ke langit,” guyon mereka.
Perkataan “Tuhan cepat mendengarkan doa“, saat berdoa di puncak gunung, itu adalah hoax!
Ungkapan tersebut lebih mirip seperti kelakar untuk melepas keceriaan di puncak gunung, karena dimanapun berdoa pasti didengarkan Tuhan.
Ditemani secangkir kopi atau seruput teh hangat dan Oups!
Hampir saja terlewatkan, sebelum turun, jangan lupa abadikan momen bahagia tersebut dan lekas unggah di media sosial. Sertakan #pariwisataindonesiaofficial dan tag ke instagram @pariwisataindonesiaofficial.
Hutan belantara di kaki Gunung Halau-halau berhasil di terjang. Namun sukses naik gunung bukan pas di puncak Gunung Halau-halaunya, Gaaees!
Bukan itu, Gaaees!
Selamat dan kembali berkumpul bersama keluarga tercinta di rumah. Pribadi makin sabar. Bersikap pun rendah hati disertai rasa penuh syukur. Itulah, sukses setelah mendaki dimanapun, Gaaees!
Gaaees! Tertarik kibarkan Bendera Merah Putih dan hormat bendera di Gunung Halau-halau saat peringatan kemerdekaan Indonesia, pada Selasa, 17 Agustus nanti? (Eh)
Leave a Reply