PariwisataIndonesia.id – Srikandi berdarah Bali ini merupakan ibu dari tiga orang anak dan mendapat kepercayaan sebagai Sekretaris Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Sekretaris Utama Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, ia adalah Ni Wayan Giri Adnyani.
Dalam acara High Level Debate UNWTO di Maladewa, Ni Wayan Giri menyampaikan pandangannya beberapa waktu lalu terkait pengembangan Desa Wisata Indonesia. Ia menilai, terbukti mampu menghadirkan wisata berbasis masyarakat yang inklusif.
Mengulik peran strategisnya di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, dilantik di era kepemimpinan Wishnutama Kusubandio.
Berkat dedikasi dan loyalitas serta prestasinya, jabatan Ni Wayan Giri berlanjut sampai ke Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berikutnya.
Meski posisinya masuk dalam jajaran pejabat teras alias terpandang, namun perawakannya tetap tampil sederhana.
Bahkan, sosoknya pun dikenal penuh dengan kesabaran, terutama ketika mendampingi Dr. H. Sandiaga Salahuddin Uno, BBA., MBA dan Angela Herliani Tanoesoedibjo, B.A., M.Com.
Mereka itu, tak lain adalah atasan yang mesti dilayani sepenuh hati sebagai orang nomor 1 dan no 2 di Gedung Sapta Pesona yang berlokasi di Jl. Medan Merdeka Barat No.17-19, Gambir, Jakarta Pusat.
“Pada program desa wisata kami mengintegrasikan akomodasi lokal, daya tarik, dan saling melengkapi di bawah tata kelola desa dengan kearifan lokal,” kata Ni Wayan Giri, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (15/6/2022).
Ia tumbuh dan dibesarkan di sebuah keluarga yang kedua orang tuanya berprofesi sebagai guru.
Sebelum hijrah ke Jakarta mengikuti sang suami, yakni I Nyoman Sutama yang berdinas di Kementerian Pekerjaan Umum. Ni Wayan Giri yang lahir di Denpasar, 25 November 1964, sempat pula 2 tahun mengarungi profesi sebagai guru, sejak 1989 hingga 1991.
Di hadapan seluruh delegasi UNWTO, tak luput pula ia bagaikan ‘wonder women’, yang dengan lantangnya menegaskan keberhasilan pengembangan desa wisata Indonesia juga akan mampu meningkatkan tarif hidup masyarakat di pedesaan.
“Program ini telah terbukti meningkatkan taraf hidup masyarakat desa, seperti yang ditunjukkan di Desa Wisata Penglipuran di Bali, di mana desa tersebut mampu menghasilkan lebih dari 1,45 juta dolar AS pendapatan pada 2020,” terang perempuan paruh baya yang mulai mengabdikan dirinya pertama kali sebagai staf di Pusdiklat Departemen Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi (Deparpostel) tahun 1991.
Sejalan dengan hal tersebut, ia merinci berbagai kebijakan yang sudah dilakukan dalam upaya menggenjot pembangunan desa wisata, di antaranya program bantuan untuk 244 desa wisata mandiri sejak 2021 hingga 2024.
Lalu, Sertifikasi Desa Wisata Berkelanjutan sesuai dengan Standar Destinasi Pariwisata Berkelanjutan yang telah pula diakui oleh Global Sustainable Tourism Council (GSTC). Tak terkecuali, program Indonesia Tourism Village Award.
“Program desa wisata ini bertujuan untuk mempercepat pembangunan desa, mendorong transformasi sosial, budaya dan ekonomi desa, mendukung pemerintah daerah,” paparnya.
Tak berhenti sampai di situ, kementeriannya juga berkomitmen penuh dalam mengembangkan desa wisata demi meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan masyarakat, memberantas kemiskinan, mengatasi pengangguran, melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya, serta memajukan kebudayaan di tanah air.
Selepas menyampaikan perihal itu, juga menyinggung soal Community Based Tourism (CBT) atau yang lebih dikenal dengan pariwisata berbasis masyarakat.
Menurutnya, CBT juga memiliki andil besar menjadi wadah untuk belajar dan berbagi pengalaman bersama guna mendorong dan mewujudkan masyarakat setempat terlibat aktif sebagai pelaku utama dalam pengembangan pariwisata di daerahnya.
“Oleh karena itu, dari segi kapasitas, diperlukan sumber daya manusia yang terampil dalam rangka mengelola kegiatan terkait pariwisata sekaligus menentukan jenis pengembangan pariwisata yang sesuai untuk masyarakat,” pungkasnya.
Selain pihaknya mendorong peningkatan kapasitas SDM yang terampil melalui program reskilling, upskilling, sehingga dapat memberikan pelayanan terbaik dan dapat bersaing.
Di sisi lain, juga menggandeng seluruh pemangku kepentingan yaitu masyarakat (lembaga masyarakat/masyarakat), pemerintah, industri, akademisi, dan media (sebagai katalisator) untuk terus meningkatkan kualitas SDM pariwisata.
Sebelum menutup paparannya, Ni Wayan Giri menyatakan, siap berkomitmen dalam mendorong implementasi pariwisata berbasis masyarakat melalui pengembangan desa wisata sebagai amanat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024, dengan menghadirkan pengalaman pariwisata berkualitas, dan Pariwisata Indonesia yang jauh lebih baik. (Mr)
Leave a Reply