Pariwisata Indonesia

Kain Poleng Pulau Dewata

Kain Khas Bali yang Bernilai Luhur

Kain Khas Bali yang Bernilai Luhur

Saat berwisata di Pulau Dewata, Sobat Pariwisata pasti akan melihat kain bermotif kotak-kotak ada di mana-mana. Kain yang disebut Poleng itu memang tidak bisa lepas dari napas kehidupan masyarakat Bali. Apa sih kain poleng itu? Yuk, simak ulasan dari tim redaksi tentang kain khas Bali ini.

Kain poleng merupakan kain khas Bali bermotif kotak-kotak. Bagi masyarakat Bali, kain ini bukan hanya sekedar kain biasa. Namun, merupakan kain sakral yang memiliki makna dan filosofi tersendiri. Biasanya, kain ini dililitkan di tempat-tempat yang dianggap suci atau sakral seperti di gapura, pohon, patung, bahkan sebagai busana yang dipakai oleh masyarakat Bali saat kegiatan-kegiatan tertentu.

Pariwisata Indonesia

Pada awalnya, kain poleng hanya memiliki warna hitam-putih yang dinamakan kain poleng Rwa Bhineda. Warna hitam-putih ini seperti yin-yang dalam budaya Tiongkok. Hitam dan putih menyimbolkan dua unsur yang bermakna kehidupan yang seimbang. Ada baik-buruk, utara-selatan, atas-bawah, dan sebagainya.

Pariwisata Indonesia

Seiring perkembangan zaman, kain poleng pun memiliki jenis lain yaitu kain poleng Sudhamala dan kain poleng Tridatu. Kain poleng Sudhamala merupakan kain poleng yang memiliki warna hitam, putih, dan abu-abu. Penambahan warna abu-abu merupakan simbol penyelaras perbedaan dalam Rwa Bhineda.

Sedangkan kain poleng Tridatu mewakili sifat triguna, merah melambangkan Rajas (energi atau gerak), hitam melambangkan Tamas (penghambat), dan putih melambangkan Sattwam (kesadaran atau kebijaksanaan). Kaian poleng Tridatu juga bisa dikaitkan dengan ajaran Tri Murti dalam agama Hindu. Warna merah melambangkan Dewa Brahma sebagai pencipta, warna putih melambangkan Dewa Siwa sebagai pelebur, sedangkan warna hitam melambangkan Dewa Wishnu sebagai pemelihara.

Ketiga jenis kain poleng tersebut mengajarkan satu filosofi yang sama, yaitu manusia harus menjaga keseimbangan agar kedamaian dan keharmonisan mudah diperoleh dalam hidup.

Kain poleng umumnya dililitkan di patung dan pura yang ada di Bali sebagai simbol kesakralan. Sementara poleng yang dililitkan pada pohon merupakan ungkapan syukur dan terima kasih masyarakat Bali pada Tuhan yang telah menciptakan pohon yang telah memberi banyak manfaat seperti penyedia oksigen, penyerap dan penahan laju air serta erosi, sumber makanan bagi hewan herbivora, dan sebagai tempat bernaung.

Melilitkan poleng di pohon juga menjadikan pohon tersebut aman dari ancaman penebangan, sekaligus tetap melindungi alam dari polusi, banjir, dan masalah alam lainnya. Oleh karena itu, Sobat Pariwisata bisa menemukan banyak pohon tua besar yang semakin menambah keasrian Pulau Dewata.

Pariwisata Indonesia

Sobat Pariwisata juga bisa menemukan kain poleng di hotel, restoran, perkantoran, maupun fasilitas umum lainnya. Hanya saja, motif yang digunakan telah mendapatkan penambahan desain sehingga disebut sebagai kain poleng anyar.

Hal itu untuk membedakan mana benda-benda yang memang dililitkan dengan tujuan kesakralan dan mana yang hanya sebagai hiasan saja. Selain itu, kain poleng pun kerap digunakan dalam pertunjukan kesenian di Bali, misalnya oleh para penari Tari Kecak.

Pariwisata Indonesia

Para petugas keamanan (pecalang) Bali juga wajib mengenakan kain poleng sebagai busana mereka. Pemakaian kain poleng pada para petugas ini telah ditetapkan dalam Sastra atau Lontar Purwadigma, di mana mereka harus menggunakan udeng (ikat kepala) dan kain poleng. Penggunaan kain ini sekaligus sebagai pengingat bahwa para penjaga keamanan harus mampu secara tegas memilah yang benar dan yang buruk.

Sobat Pariwisata! Kain yang terlihat sederhana ini ternyata memiliki banyak makna bagi masyarakat Bali.